Rabu, 14 Agustus 2019

Sering Mengantuk pada Penderita Penyakit Hepatitis B

Sering Mengantuk pada Penderita Penyakit Hepatitis B - Daun bambu melambai pelan mengikuti semilir angin yang bernyanyi lirih. Tak peduli jiwa yang perih. Di usia yang masih kuat, bapak merasakan tiupan alam yang berat. Berjibaku melawan penyakit hepatitis b yang diderita.


Suasana masih pupus. Riang burung masih terdengar. Tetes embun malam belum jua pudar. Bapak duduk bersandar dengan sudut mata yang mulai sempit.

---oOo---

Masih jam sembilan. Bapak mulai ngantuk. "Bapakmu.... sudah diberitahu. Kantuk itu bawaan penyakitnya bapak. Harus dilawan....", ucap ibu mengadu.

Aku hanya terdiam. Tak mungkin menjawab. Aku duduk disamping bapak. Memegang tangannya. Tak ada guna memarahi atau menasehati. Lebih baik aku temani bapak. Agak tidak tidur pagi.

"Kaki bapak udah agak kecilan. Enggak bengkak lagi...", aku mencoba mengalihkan rasa kantuknya. 

Bisa. Dengan diajak berbincang ringan, bapak bisa membuka mata. Melawan kantuk yang teramat sangat.

Aneh memang. Semenjak didiagnosa penyakit hepatitis b, siklus tidur bapak memang tidak normal. Tidak biasa seperti orang sehat. 

Siang hari, beliau lebih banyak mengantuk. Lebih banyak tidur, seperti satpam. Sedangkan malam menjadi waktu panjang yang harus ditakhlukkan.

---oOo---

Perjuangan terus meningkat. Semakin hari terasa semakin nyata. Kantuk, mengantuk, menjadi tambahan pekerjaan yang tak bisa diabaikan. Aku, kami keluarga tidak merasakan langsung. Tapi rasanya seperti sangat berat. 

Tak peduli bagaimanapun cara yang dilakukan, kantuk tetap tak mau hilang. Dari yang lembut. Sampai yang dengan nada tinggi. Tak membuat bapak bisa mengendalikan kantuknya. 

Semakin hari perubahan itu semakin jelas. Semakin nyata. Bahkan, sebagian besar waktu bapak habiskan untuk tidur. 

"Pak... coba dilawan rasa kantuknya... berusaha....", bujuk ibu kepada bapak.
"Namanya ngantuk ya ngantuk. Wong mau tidur aja enggak boleh...", jawab bapak dengan nada kesal, marah.

Saat itu, setelah lama sekali aku tidak pernah melihat bapak emosi, aku tahu benar bapak sedang marah benar. 

Sampai segitunya. Seperti sudah tidak tidur beberapa hari. Emosi bapak juga sampai tak stabil.

Melihat kondisi bapak yang seperti itu aku pun penasaran. Apa yang salah. Aku tak mau buta dalam informasi. Apalagi mengenai kondisi kesehatan bapak seperti itu.

Aku membuka laman web browser. Jariku mulai meliuk. Menari mencari informasi. Akibat penurunan fungsi hati. Mengantuk menjadi hal lumrah untuk penderita hepatitis b. 

Pantas waktu kecil aku sering mendengar para orang tua melarang anak-anaknya tidur pagi. "Nanti beri-beri", ingatku.

Orang dulu memang menyebut penyakit hepatitis b dengan sebutan beri-beri. Kalau tidak salah. Sejak saat itulah aku tak lagi menyalahkan. Aku maklum dengan kondisi bapak yang demikian.

---oOo---

Mentari pagi menyinari bumi dengan hangat. Itu adalah hari kesekian perjuangan bapak dan kami melawan penyakit hepatitis b. 

Seminggu sebelumnya, kurang lebih, bapak dirawat di rumah sakit. Lima hari pulang. Meski kondisi tak membaik. 

Selang beberapa hari. Kondisi bapak memburuk. Bapak semakin lemah. Semakin banyak tidur. 

Kami membawanya lagi ke rumah sakit. Mengusahakan perubahan. Dua hari pertama, bapak seperti koma, tidur tapi sangat lama. 

Hari berselang. Bapak membuka mata. Mulai sadar tapi banyak tidur. Tetap pulas. Siang. Sore. Dan bahkan malam pun dihabiskan dengan mata terpejam. 

Pagi, tak bisa ditinggalkan sama sekali. Kami bergantian. Mengajak ngobrol bapak agar tidak tidur. Tapi. Semakin dilawan semakin kuat. Bapam sudah tidak bisa mengendalikan kantuk itu. 

---oOo---
Previous Post
Next Post
Related Posts

0 komentar: