Senin, 12 Agustus 2019

Pemeriksaan Hepatitis B Virus (HBV) DNA Kuantitatif Hasil Positif

Pemeriksaan Hepatitis B Virus (HBV) DNA Kuantitatif Hasil Positif, tahap selanjutnya, pemeriksaan hbv-dna. Hari ke 3 rawat inap. Bapak agak lebih baik. Apa yang terjadi padanya sudah lebih jelas. Positif hepatitis B. Diagnosa itu telah menghancurkan separuh kehidupan keluarga beliau.
Pemeriksaan Hepatitis B Virus (HBV) DNA Kuantitatif Hasil Positif
Pemeriksaan Hepatitis B Virus (HBV) DNA Kuantitatif
Meski begitu, keluarga tetap tabah, sabar. Berusaha tanpa menyerah. Selanjutnya, beliau harus menjalani serangkaian tes lab. Mengikuti beberapa lab sebelumnya yang sudah dilakukan. Untuk mendapatkan obat yang tepat.

Pertama cairan dahak. Air kencing juga diuji lab. Masih ada beberapa hari lagi. Bapak masih harus dirawat. Sampai jelas. Semua. 

"Pagi pak... suntik dulu ya."
"Iya sus..."

"Agak sakit ini. Ditahan ya pak..."
"Iya sus"

Sambil meringis. Beliau menahan sakit. Pagi itu hari kedua. Ia menerima injeksi obat sampai 6. Obat berbeda.

Beberapa hari berlalu. Bapak semakin stabil. Kecuali perutnya yang masih tetap bengkak. 
"Mungkin besok sudah boleh pulang pak..."
"Iya dok...

Bapak menjawab dengan lirih. Pulang baginya bukan berita gembira. Maklum. Perutnya masih bengkak. Ia pun masih merasa lemas. 

Hari semakin terik. Suasana rumah sakit begitu riuh. Penuh dengan orang pusing. Antara hidup dan mati. 

"Pak... maaf. Keluarga silahkan ke ruang perawat. Dipanggil dokter."
"Oh... iya sus"

Salah satu anaknya bergegas. Menemui dokter. Langkahnya cepat. Seolah takut. Di depan ruang perawat ia berhenti. Mengetuk pintu sebanyak 3 kali, "tok... tok... tok..." Ia langsung masuk tanpa menunggu jawaban.

"Bagaimana dok...?" Ucapnya sambil melihat ke arah dokter.
"Begini pak... bapak ini positif hepatitis b", jawab sang dokter sambil tetap menulis.

Sang dokter kemudian berhenti sejenak. Ia menatap ke arah putranya
.
"Tidak ada obatnya. Solusinya cangkok hati. Adanya di luar negeri. Jika berhasil, organ hati bapak masih bisa terkena lagi. Dari virus hbv yang sudah ada di darah." Ucapnya serius.

Bagai petir di hari yang cerah. Anak laki-laki itu hanya berdiri mematung. Bingung. Sedih, takut, kecewa. Marah pada kenyataan.

"Bapak perlu di uji lab. Tes HBV-DNA. Untuk memastikan. Jika keluarga setuju... tapi ada biayanya", jelas sang dokter.

"Terus bagaimana dok...?"
"Ya Kalau keluarganya setuju kita ambil sampel darah hari ini. Sebelum pulang."

"Biayanya berapa dok?"
"Kurang lebih satu juta. Sampel nanti harus dikirim ke Jakarta pak. Tidak bisa disini..."

"Oh... kalau begitu kita minta waktu sebentar dok... untuk rembug..."
"Iya... silahkan"

Mereka berlalu. Ke ruangan rawat inap. Berunding. Seluruh keluarga setuju. Karena ada uang, hasil patungan. Setelah ada kesimpulan mereka langsung menemui dokter. Ke ruang jaga perawat.

"Kami setuju dok..."
"Kalau begitu kami akan segera mengambil sampelnya. Supaya bisa cepat dikirim."

"Baik dok... terus biayanya bagaimana dok?"
"Nanti sekalian menunggu kurirnya"

Mereka pun kembali ke ruangan. 

---oOo---

Jelang tengah hari. Keluarga dipanggil. Untuk menebus obat. Salah satu anaknya gesit. Mengurus obat yang akan dibawa pulang. 

Yang lain di ruangan. Siaga, mendampingi bapak.
Tak berapa lama suster datang. Mengambil sampel darah. 

"Ambil sampel ya pak..."
"Iya sus..."

Sampel darah diambil. Keluarga diminta ke ruang jaga. Mengurus administrasi. Siang hari, sekitar jam 1 semua beres. Infus telah dicabut. Bapak dan keluarga bersiap pulang.

"Bapak kontrol lagi kapan mas?"
"Iya... lupa tanya..."
"Ya sudah, tanya dulu. Tanya hasil lab hbv dna juga... kira-kira kapan.

Ke ruang jaga. Anak sulung beliau langsung bertanya mengenai hal itu. Dijelaskan perawat. Dokternya sudah pulang.

Paling cepat 1 minggu. Hasil tes hbv dna baru keluar. Bisa lebih lama. 
"Sudah... tanggal 3 kontrol lagi. Lab palimg cepat seminggu. Nanti dihubungi."

Sekitar jam 2 lebih. Semua urusan sudah selesai. Bapak dan keluarga pulang ke rumah. Setelah lima hari dirawat. Tinggal menunggu hasil lab hbv dna yang entah kapan. "Nanti dihubungi..."

---oOo---

Minggu berselang. Hasil lab belum juga keluar. Sementara menunggu, bapak juga tetap menjalani rawat jalan. Melanjutkan pemeriksaan, semua organ dan kesehatan bapak. 

Melihat kondisi bapak yang tak semakin baik, keluarga terus mengejar. Menghubungi, menanyakan hasil laboratorium.

"Pagi bu... mau tanya hasil lab pasien..."
"Oh... iya. Sebentar di cek dulu ya pak..."
"Masih belum pak...  Mungkin lusa. Nanti kalau sudah keluar kami hubungi bapak..."
"Baik kalau begitu. Terima kasih..."

Agak lama. Bahkan terasa sangat lama sampai pada tanggal 3 Januari 2019 handphone berdering. Pemberitahuan, hasil lab bapak telah keluar. 

"Mau diambil atau dikirim ke rumah sakit saja pak..."
"Dikirim saja bu..."
"Baik kalau begitu.... Hari ini juga akan dikirim."

Hari berikutnya, saat rawat jalan. Keluarga menanyakan hasil lab tersebut. Di ruang rawat inap, tempat bapak dirawat. 

Hasilnya, dokter menjelaskan, positif. Bapak harus tinggal menjalani rangkaian pemeriksaan dan perawatan selanjutnya. Hasil lab HBV DNA akan menjadi rujukan perawatan yang bapak jalani. Begitu setidaknya pemahaman keluarga. 
Previous Post
Next Post
Related Posts

0 komentar: