Rabu, 21 Agustus 2019

Pijat dan Jamu Tradisional untuk Obat Hepatitis B

Pijat dan Jamu Tradisional untuk Obat Hepatitis B - Tidak mudah berusaha konsisten dalam menyebuhkan penyakit. Apalagi penyakit hepatitis b yang tergolong berat. 
Pijat dan Jamu Tradisional untuk Obat Hepatitis B
Daun Serut yang Sudah Dikeringkan
Dari ranting ke ranting harapan disematkan untuk menembus angkasa pengampunan. Medis non medis, semua harus dikerjakan. Demi untuk kesembuhan.

Giliran pengobatan tradisional. Yang menjadi harapan. Setelah pengobatan lain tak sesuai harapan. Harus. Bertahan, semangat mengais kesembuhan. 

Berangkat dari informasi beberapa rekan, handai taulan. "Kemarin si A seperti bapak sembuh. Ikut terapi disana" 

Seorang saudara memberikan saran. "Disana diurut, pijat dengan minyak yang sudah disiapkan"

Mau bagaimana lagi. Lagi pula pengobatan yang sudah dijalani pun belum maksimal. 

"Tidak ada salahnya kan dicoba..." sarannya. Benar memang. Tidak salah mencoba. Tapi untuk keadaan genting seperti ini, untuk masalah kesehatan apa tidak berbahaya?

---oOo---

Setelah ditimbang, akhirnya kami sepakat. Mengajak bapak untuk berobat tradisional. Sekali lagi. Di tempat berbeda. 

Tidak terlalu bersemangat. Tapi beliau bersedia. Mungkin hanya untuk menyenangkan anak-anaknya. Mungkin.

Berangkat pagi. Kami sampai di lokasi jam 10 siang. Setengah jam menunggu. Kami dipersilahkan masuk ke ruangan. 

Tanpa basa-basi bapak langsung dipijat. Seluruh tubuh. Yang terbanyak bagian kaki. 

Setelah selesai kami diminta menebus obat, jamu tradisional. Tiga jenis bahan. Ada daun kluwih. Ada gula batu dan daun serut. Harganya masing-masing 50 ribu. Jadi satu paket 150.

Bahan tersebut direbus. Disedu seperti teh. Diminum hangat dua gelas sekali minum. Setelah jamu habis harus datang lagi. Untuk pijat dan menebus bahan jamu lagi

"Nanti bapak akan buang air besar terus. Bahkan muntah. Kalau sudah insyaalloh bapak akan baikan."

Percaya tidak percaya. Tapi hanya itu harapan. 

---oOo---

Sekitar 2 minggu. Jamu habis. Kondisi bapak tidak lebih baik. Kelihatannya semakin serius. 

Beliau sudah tidak bisa bangun. Hanya kuat menggerakkan tangan. Wajahnya sayu. Pucat. Tubuhnya sangat lemah. 

Tadinya kami masih berniat membawanya terapi. Tapi diurungkan. Dengan sangat terpaksa kami hanya menebus jamu. Sambil berharap fisik bapak berangsur pulih.

"Nanti kalau fisik bapak agak kuat kita bawa lagi"

Kami tebus jamu dua paket sekaligus. Supaya ada jeda agak lama. Dengan sabar kami memberi bapak jamu tersebut. Sedikit, sedikit. Dua atau tiga sendok. Meski harusnya minimal satu gelas sekali minum.

Lama kelamaan bapak mulai tak semangat lagi. Semakin susah. Kadang sehari setengah cangkir saja tidak habis. 

Harapan pun terkikis. Tak sesuai keinginan. Kami mulai bertanya, "apa perlu diteruskan lagi?"
Enam paket jamu akhirnya habis tanpa memberikan hasil. "Enggak ada efeknya"

"Kalau berhenti, mau diobati apa lagi? Tidak ada pilihan lain. Apa tidak sebaiknya dilanjutkan terus?" Akhirnya, pijat dan jamu tradisional diteruskan setengah hati. 

---oOo---
Latest
Next Post
Related Posts

0 komentar: