Jumat, 16 Agustus 2019

Lendir dan Daging Bekicot untuk Mengobati Penyakit Hepatitis B

Lendir dan Daging Bekicot untuk Mengobati Penyakit Hepatitis B - Di tengah harap yang kian kabur. Masih belum menyerah. Kami terus menggapai kesembuhan penyakit hepatitis b yang bapak derita. Tak peduli bagaimana pun susahnya.
Lendir dan Daging Bekicot untuk Mengobati Penyakit Hepatitis B
Mengobati Penyakit Hepatitis B dengan Bekicot
Medis non medis. Terpenting ada progres, bapak bisa lebih baik. Satu gagal, kami beralih ke yang lain. Tak sehari pun terlewatkan tanpa mencari obat penyakit hepatitis b yang bapak derita itu.

---oOo---

"Bekicot itu bagus mas. Hepatitis b itu kan penyakit liver kalau kata orang dulu." Karena lewat medis seolah tiada harapan, kami lebih fokus ke herbal. Pengobatan tradisional.

Mau bagaimana lagi.

Wajibnya manusia adalah berusaha. Maka fonis dokter pun harus diabaikan. Tak boleh kalah. Masih ada cara lain.

"Coba daging bekicot ya pak?", aku mencoba meminta persetujuan bapak. Memberikan pemahaman yang mungkin diperlukan. Demi kesembuhan.

"Lah.... semua ya bilang ini itu. Bekicot loh mas.... jijik..."
"Obat kan datangnya bisa dari mana saja. Hanya lantaran saja, perantara."

"Ya kalau bapak mau...."
"Dari pada hanya pasrah. Lebih baik berusaha saja."

Perang pemikiran. Saran dan gagasan harus dipertimbangkan. Tak boleh abai dalam mencari kesembuhan dari penyakit. Semua harus menahan diri. Menahan ego dan berpikir bersih.

Yang terpenting adalah terus berusaha. Tanpa putus asa. Karena itu kami terus mencoba. Aku utarakan niat dan keinginan. "Kalau bapak mau, nanti aku cari....", ucapku pada beliau.

Setelah berperang dengan perdebatan, analisa dan kemungkinan, kami pasrah. Mencoba alternatif penyembuhan dengan daging bekicot.

"Tidak usah banyak-banyak. Coba dimakan beberapa kali. Siapa taju jodoh...", ucapku.

Meski kami berharap tapi kami juga tak mau ambil resiko. Apalagi mengenai kesehatan. Kami terus memantau. Detik dan menit perubahan. Meski kecil sekalipun.

---oOo---

Seminggu, dua minggu. Meski tak rutin tapi beliau berupaya sembuh dari hepatitis b itu. Menahan ego.

Beberapa lama mengonsumsi bekicot tak tampak perubahan apapun. Tidak sama sekali. Tak ada perkembangan yang kami lihat.

"Gimana pak... ada perubahan enggak yang dirasa...", aku mencoba mengorek informasi. Tapi beliau lebih banyak diam. Tak banyak reaksi.

Dari ucapan beliau, sepertinya lebih enak. Tapi tidak jika melihat kondisi tubuhnya. Kami yang melihat merasa sama saja.

Sulit melihat perubahan dalam kondisi seperti itu. Kami, keluarga benar-benar tidak tahu perkembangan atau pengaruh daging bekicot bagi penderita hepatitis b.

Meski begitu kami tetap berharap. Berharap ada perubahan yang lebih baik.

Karena harapan itulah aku mengambil resiko. Mencoba bertahan, melakukan pengobatan alternatif dengan daging dan lendir bekicot.

---oOo---

Waktu terus bergulir. Tak peduli dengan keluh kesah hati kami. Harapan semakin tergerus. Bapak tidak menunjukkan perubahan berarti. Tekad dan harapan sembuh dengan bekicot pun mulai luntur.

Perutnya mulai menolak. Mulutnya tak bisa lagi dipaksa menelan lendir bekicot. Kami pun tak tega memaksa.

Hanya sekali. Atau mungkin dua kali beliau menelan lendir itu. Sisanya hanya daging yang diolah sederhana. Dibakar.

Selang waktu berjalan, harapan itu pun ditinggalkan. Tanpa kesan mendalam. Lendir dan daging bekicot tak lagi jadi pilihan.

---oOo---
Previous Post
Next Post
Related Posts

0 komentar: